Silaturahmi ke Rumah Guru (Kisah Nyata!)
Ini cerita tepat terjadi hari ini, benar-benar terjadi dan bisa dibuktikan! Rencana sudah disebarkan dua minggu sebelum hari ini ditunjukkan, tepatnya ketika buka bersama di suatu rumah makan yang monoton. Kenapa aku bilang monoton ? Karena ketika kami [aku dan kawan-kawan SMA (bukan SMA sih, lebih tepatnya Madrasah)] buka bersama di tempat itu berulang kali, kami hanya memesan menu paket murah, yaitu 20ribu dengan menu nasi, ayam goreng, sayuran gak jelas, dan tahu tempe goreng. Memang begitu membosankan berbuka di tempat itu, namun apa daya, Joa hanya mendapat gratisan ya jalanin aja. (dasar Joa!).
Kesepakatan menunjukkan pada lebaran keempat tanggal 20 Juli, lebih tepatnya pada hari Rabu. Dikarenakan pada hari Selasa kan Joa sibuk tuh muter-muter buat silaturahmi ke keluarga yang mencar ke penjuru dunia, apa daya yang rencananya pukul setengah sembilan pagi akunya malah berangkat pada pukul sembilan tepat.
"Bzzzzz... Bzzzzzzz....." hp Joa bergetar.
Salah satu sobat Joa SMS, namanya Goblek. Filosofi kenapa anak itu dipanggil Goblek adalah karena kepribadiannya. Go artinya pergi dan Black artinya hitam, jadi jika digabungkan adalah menuju kehitaman. Kulitnya memang hitam sih kalau dilihat dengan mata kepala, apalagi jika dilihat dengan mata terpejam.
"Ayo Jo! Aku hampiri ke rumah lo dulu yah ? Ntar kita berangkat bareng,".
"Lo mau boncengin gue Blek ?".
"Ogah banget, lo naik motor sendiri dong!".
"Haha, lo bareng gue aja Blek. Gue kesepian nanti dijalan,".
"Ogah, lo bau Jo,". (hahaha, Goblek bener banget!) (kurang ajar)
Setelah itu aku mandi dengan air dan sabun. Bermain sabun dikamar mandi memang membuat bersih, apalagi ketika... menggosok.... menggosok-gosok.... pada bagian.... ahh..... muka yang akan membuat pancaran ganteng semakin meningkat. (kirain itu Jo) (dasar otak mesum!).
Setelah mandi, Joa mengenakan pakaian lebaran yang sudah terpakai pada hari pertama dan kedua lebaran terlaksanakan. Maklum, Joa bukan orang kaya :(. Menuju meja makan, dan mulai mengambil makanan sisa semalam yang merupakan sisa dari tamu yang makan di rumah Joa. Joa bukan orang kaya :(.
"Ayo Blek, kita berangkat,".
Setelah aku SMS Goblek, tak lama kemudian dia datang dengan motor birunya yang menjadi kebanggaannya.
"Brumm..." Goblek memberhentikan motornya tepat di samping rumah Joa.
"Masuk Blek, gue habisin makan dulu yah!"
"Dasar Joa, sukanya bikin nunggu orang!" Goblek marah dengan muka bahagia.
Kami tak pernah saling emosi, namanya juga sahabat. Hanya bercanda yang selalu melindungi persahabatan walau sedang berada di dalam debat yang sangat menguras emosi. Sahabat tuh bukan sekadar status, malah sebenarnya persahabatan gak butuh status. Dia sahabatku, kamu sahabatku, mereka sahabatku, tak perlu. Cukup dengan bukti yang ontentik, perasaan saling melindungi tanpa ada niatan saling menjatuhkan dan saling percaya dengan kejujuran diantaranya.
"Jo, ini kita mau kemana sih sebenarnya ?" Goblek ternyata tidak menyimak dengan baik.
"Kita tuh mau silaturahmi ke guru-guru madrasah kita dulu tau, lo mah kurang wawasan! haha,".
"Haha, oke oke...."
Setelah selesai makan, Goblek silaturahmi dengan ibu dan nenekku ketika aku sedang mengambil minum buatnya. Selesai silaturahmi dan berpamitan, aku dan Goblek mulai menarik starter motor untuk menuju tempat berkumpul yang sudah disepakati pada hari-hari sebelumnya, yaitu di depan Madrasah.
Sesampainya di depan Madrasah, aku dan Goblek mendapat sambutan dari teman-teman yang sudah lama tak bertemu. Airmata bercucuran karena kami sangat rindu, namun airmatanya hanya di dalam batin. Setelah menunggu beberapa anak sehingga berstatus lengkap, kami berjalan menuju tujuan pertama yang paling terdekat, yaitu Pak Kadar.
Pak Kadar done, alhamdulillah Joa mendapat banyak makanan ringan walau tak mendapat makanan berat. Haha, dan juga bersamaan dengan alumni Madrasah senior yang bersilaturahmi ke rumah Pak Kadar, sehingga menyulitkan kami (para alumni senior) untuk bercakap-cakap dan bercanda-canda dengan beliau. Bersalam-salaman, namun tak bercepika-cepiki, takut mendapat pikiran negatif dari tetangga. Pak Kadar adalah guru olahragaku yang sangat kocak dan gemuk ( maaf pak, aku hanya mencoba jujur :'( ).
Tujuan kedua adalah ke guru olahraga yang kedua, yaitu pak Mundakir. Alhamdulillah di sana selain mendapat makanan ringan, kami juga mendapat makanan berat. Ketika aku mengambil nasi cukup banyak, salah satu sobat Joa yang bernama Ehwan membisiki telingaku dengan pelan.
"Jo, gak usah banyak-banyak. Ini baru ronde pertama," bisik pelan Ehwan.
Aku mengetahui apa maksudnya, sehingga aku tumpahkan nasi yang telah ku ambil ke piring Ehwan yang membuatnya mengeluh. (haha, makan tuh Wan!). Setelah menghabiskan makanan, kami berpamitan dengan mencium tangan Pak Mundakir (gak mencium pipinya loh), dan menuju ke tempatberikutnya, yaitu Pak Saiful.
Kekecewaan menghadiri kami karena rumahnya kosong, namun sebelum kami menuju ke tjuan berikutnya aku melihat cewek yang ternyata sebenarnya dia adalah...
bersambung nanti malam, Joa mau pergi silaturahmi dulu...
Comments
Post a Comment